Kisah Dibalik ‘Wabah’ Thirteen


Thirteen / Foto: dok. band
 Pertengahan Mei kemarin, salah satu band indie beraliran metal/experimenta/rock asal Jakarta, Thirteen, merilis album keduanya. Epidemic, nama album kedua dari band yang digawangi oleh Raynard (scream vocal), Jody (clean vocal), Dicky (bass), Bondry (guitar), Epong (keyboard/synth) dan Adit (drumm). “Epidemic sendiri artinya wabah. Intinya Thirteen mau menjadi wabah positif,” ujar Bondry, saat ditemui di Crooz, Jalan Duren Tiga Raya, bersama Epong dan Dicky, Sabtu (21/5) sore.


“Musik Thirteen sendiri tidak terpaku dengan satu genre saja. Jadi kita mencoba mewabah karena musik itu memang universal, untuk dinikmati, dan bukan untuk diperdebatkan,” jelas Dicky mengenai wabah positif yang dibawa Thirteen dalam album baru mereka. Sambil duduk santai, meskipun hanya bertiga, Bondry, Epong dan Dicky, menceritakan tentang cerita-cerita yang terjadi dalam keseharian Thirteen sampai rilisnya Epidemic.

Epidemic sendiri bercerita tentang kehidupan sehari-hari. Lirik-liriknya lebih merujuk kepada kehidupan anak-anak muda Indonesia dan keseharian yang personil Thirteen sendiri alami. Ada juga pandangan tentang hidup dan pandangan dari Thirteen sendiri. Lagu-lagu mereka dalam album ini juga berisi tentang semangat hidup. Selain itu juga berisi sindiran kepada orang-orang atau anak-anak muda yang suka mengatai band yang tidak mereka suka. Karena berbeda genre, berubah label, maupun aksi panggung yang berbeda dari dulu atau ketika band indie masuk ke band label dan berubah jadi sombong menurut mereka.


Dalam album mereka yang baru ini, Epidemic, terdapat dua musik akustik. “Kenapa ada musik akustiknya, lebih untuk banyak ragamnya aja. karena untuk mengeksplor Jody juga sih ya,” ujar Dicky. Lagu berbahasa Indonesia dalam album mereka kali ini ada empat lagu, yaitu Jakarta Story, Labil, Aku adalah Aku dan S.A.D.A (Sombong Angkuh Dan Arogan). Dalam album ini, Raynard masih memberikan scream vocal yang segar. Bila dipadukan dengan suara Jody, terdapat kesyahduan yang enak didengar. Meskipun lagu mereka termasuk dalam musik keras.


Perjalanan mereka memang bisa dibilang penuh perjuangan, apalagi selepas perginya Rudy. Kerasnya kehidupan di Jakarta, pergaulan yang berbagai macam ragamnya, serta pemerintahan yang membuat kehidupan di Jakarta menjadi penat, seperti terlukis dalam Jakarta Story, salah satu lagu di album Epidemic. “Dari sisi kita lagu ini menjelaskan ini loh Jakarta. Dulu Jakarta pernah menjadi kota yang tenang dan tidak terlalu ramai. Jadi Jakarta Story menggambarkan keadaan Jakarta sekarang,” tutur Dicky. Mereka pun menjelaskan kalau lagu ini memang bisa membuat persepsi orang berbeda-beda dalam memaknai Jakarta Story sendiri. Lagu yang pada awalnya dinyanyikan oleh Rudy, sebelum keluar dari Thirteen, kini dinyanyikan kembali oleh Jody.


Pemilihan Jody untuk menggantikan posisi clean vocal yang ditinggalkan oleh Rudy, sebenarnya mengembalikan konsep awal Thirteen, yang menginginkan vokalis perempuan di dalamnya. Konsep awal tersebut akhirnya direalisasikan dalam album Epidemic ini. “Mungkin awal-awal ketemu langsung cocok gitu,” jelas Bondry mengenai Jody. “Musikalitasnya juga cocok dan dia bisa sambil mengisi apa yang kita butuhkan. Intinya kecocokan sih,” tambah Dicky. Memang ketika posisi Rudy kosong dan digantikan oleh Jody timbul pro dan kontra, tentu saja mengenai kepergian Rudy. Namun, Thirteen tetap melaju dijalan yang mereka anggap ‘ini loh Thirteen sekarang’ dan mereka mengakui kalau Thirteen sekarang menjadi lebih berwarna.


Labil, merupakan salah satu lagu favorit Epong, Dicky dan Bondry. Kenapa? Karena menurut mereka lagu ini memiliki pesan untuk anak-anak muda yang berada dalam posisi labil. Menurut Dicky, cuma gara-gara berbeda genre musik saja bisa bertengkar. Pesan dari lagu ini pun berisi nasihat kepada orang-orang yang tidak menghargai musik maupun musisi yang sudah membuat sebuah karya, berupa lagu dari berbagai genre maupun gaya penampilannya di atas panggung. “Pesan di lagunya tuh dapet banget. jangan cuma bacot doang,” jelas Epong.


Kepergian Rudy meninggalkan posisi kosong di clean vocal dan keyboard. Jody sudah mengisi posisi clean vocal dan Epong kini sudah mengisi keyboard dan mengisi pulasynth. Jody dan Epong bergabung dengan Thirteen hampir bersamaan. Namun, bisa dibilang Epong lebih dulu membantu Thirteen sebagai additional dulu selama dua bulan, sebelum akhirnya resmi bergabung. “Sebenarnya malu-malunya. Ini kan lingkup baru, jadi ya menghilangkan rasa malu-malunya dulu,” kenang Epong ketika menceritakan masa-masa penyesuaian dirinya di Thirteen. Personil Thirteen yang membangun dari awal mengaku memilih Epong karena chemistrynya. “Ya itulah sialnya Thirteen, dapetnya gua,” canda Epong bersama Dicky dan Bondry, seraya tertawa. “Kebetulan dengan masuknya Synth jadi jauh beda sama yang lama, kita lebih suka gitu,” tambah Dicky.


Selepas Rudy pergi, memang tidak ada masalah dengan Thirteen. Pada akhirnya mereka tetap merilis album dengan tenaga baru, Jody dan Epong. Memang secara kerja sama Rudy sudah tidak bersama Thirteen lagi, tetapi untuk persahabatan, Thirteen dan Rudy masih tetap menjalinnya dengan baik. Bahkan menurut Epong, Thirteen dan Rudy sempat bermain bersama lagi di suatu acara di Jakarta. Ketika itu Rudy bernyanyi dan Epong bermain keyboard membawakan Jakarta Story. Bisa dibilang selepas Rudy pergi, Thirteen menjadi lebih banyak listenersnya. Meskipun masih tetap meninggalkan pro dan kontra. “Orang udah tau dia multitalented. Kalau gua sih ya, sesama musisi saling support aja,” ujar Epong. Rudy sendiri memutuskan untuk keluar dari Thirteen karena mengikuti tuntutan orang tuanya untuk melanjutkan kuliahnya. “Menurut gua Thirteen sekarang lebih berkembang. Lebih mengeksplor elemen-elemen yang sudah dieksplor sebelumnya. Saat gua keluar, mereka mencoba bukan untuk mengganti gua, tetapi mencoba untuk melebar,” ujar Rudy, di sela-sela waktu nongkrongnya di Crooz.


Rudy, yang saat ini sering membantu Killing Me Inside mengisi keyboard, sekarang lebih bangga kepada Thirteen yang terus melaju tanpa dirinya. Ia sendiri mengaku dalam pengerjaan album Epidemic ini turut membantu jalannya produksi. “Sekitar sekian 80 persen lah. Jadi untuk masalah album, gua udah recording, selesai. Terus saat gua keluar, di take ulang lagi dengan formasi Thirteen sekarang,” aku Rudy. Mengenai posisinya digantikan oleh Epong, Rudy mengatakan Thirteen menghasilkan karya yang berbeda. “Kalau menurtu gua sih ya, Thirteen yang ada sekarang ini bagus. Lebih solid,” jelas Rudy. “Menurut gua Thirteen yang sekarang lebih pas dengan karakternya Jody. Maksudnya, dia kan cewe ya, jadi udah bisa nyesuain dengan Thirteen sekarang,” tambah Rudy tentang Jody.


Memang dengan adanya Jody dan Epong, Thirteen seperti terlahir kembali. Melepas Rudy, Thirteen saat ini menjadi lebih berwarna dan mulai beranjak untuk meninggalkan baying-bayang Rudy. Apalagi dengan adanya Jody, konsep lama Thirteen untuk memiliki vokalis perempuan akhirnya terwujud. “Untuk jangka panjangnya ya, Thirteen go international yang pasti ya,” ujar Dicky. “Kaya Agnes Monica, emang dia doang yang boleh,” celetuk Epong. Alasan mereka untuk berkarya dalam Thirteen sendiri adalah karena mereka masih memiliki semangat dan karena masih banyak ide-ide yang masih belum dikeluarkan dalam musik mereka. “Karena Thirteen Army terutama,” sahut Epong. Bondry sendiri mengatakan,”Secara pribadi gua lebih kepada kepuasan sih, untuk itu Thirteen masih harus tetap ada.”


Kedepannya Thirteen akan terus berkarya dengan jalan mereka sendiri. Raynard, Jody, Adit, Epong, Dicky dan Bondry akan terus melangkah tanpa bayang-bayang Rudy. Dengan musik yang lebih beragam dan lebih berwarna, Thirteen siap menebar wabah positif yang penuh cerita dalam Epidemic.

Related

Music News 1389471599289290453

Post a Comment

Join Us

Twitter

Facebook

Popular Posts

item