Band Prog-Rock Discus Kembali Masuk Studio


Jakarta - Kabar gembira untuk penggemar Discus. Band pengusung aliran prog-rock baru saja melakukan latihan bersama dengan formasi baru mereka di tahun 2011. Informasi akan reuni kembali masuk studio bagi band ini bermula dari kicauan twitter milik Krisna Prameswara pada Minggu (22/5). Pemain keybords band Discus yang juga tergabung di band Nera serta additional keybord di Naif ini menulis “Done rehearsal with DISCUS. The band’s new format is awesome. Can’t wait for the new album’s workshop.”

Band prog-rock ini seperti ketahui mengalami kevakuman setelah ditinggal pemain alat tiup mereka (flute, saxophone, klarinet) almarhum Anto Praboe yang wafat pada 23 Mei 2010. Disusul oleh berita gitaris mereka Iwan Hasan, mengundurkan diri. Gitaris yang juga vokalis yang dikenal karena selalu tampil dengan HarpGuitar 21 string ini mengundurkan diri dari band yang sudah merilis 2 album, 1st (1999) dan ...Tot Licht! (2004). Sebelumnya di akun Facebook milik Fadhil Indra, keyboards dan backing vocal band ini malah mengatakan Discus telah bubar!

Krisna yang dikontak Rolling Stone membenarkan bahwa Discus akan masuk studio dengan formasi baru. Formasi baru yang dimaksud adalah masuknya Noldy, (gitaris Erwiin Gutawa Big Band dan mantan gitaris band prog dari Malang, Gang Voice). ”Tapi kami masih sangat terbuka menerima Iwan Hasan jika tertarik untuk featuring di formasi Discus terbaru ini,” kata Krisna.

Menurut Krisna, band ini masih beranggotakan Eko Partitur (violin & electronics) , Fadhil Indra (keyboards, background vocals), Hayunaji (drums & electronic percussions), Kiki Caloh (bass), Krisna Prameswara (keyboards, MIDI percussion programming), dan Yuyun (vokal). ”Untuk posisi vokal pria di album ini rencana mau melibatkan vokalis-vokalis prog-rock dari band lain. Posisi alat musik tiup di Discus yang biasa diisi oleh almarhum Anto Praboe sampai saat ini belum ada yang mengisi.” ujar Krisna.

Discus sempat melibatkan vokalis Andien dan Fadly Padi untuk konser di Eropa mereka pada tahun 2007 dan 2009.

Seperti pernah ditulis oleh Denny Sakrie di Rolling Stone. Musik Discus adalah menciptakan musik yang tidak mengenal batas, melintasi sebanyak mungkin batas pengkotakan genre musik dan menciptakan sebuah style yang original dengan influence yang luas dan berbeda-beda. Tanpa bermaksud menjadi band berlabel “progressive rock” maupun “jazz fusion”, ternyata album pertama Discus dirilis oleh sebuah perusahaan rekaman progressive di Italia, sekaligus sebuah label jazz di Indonesia. Discus tak mengklaim diri sebagai pengusung genre atau subgenre apapun.

Dengan diterimanya musik Discus untuk dirilis oleh sebuah label progressive Italia (dan suksesnya Discus diundang dan tampil di berbagai festival musik progressive mancanegara), maka menjadi sah apabila Discus disebut sebagai grup musik progressive, karena karakter musiknya yang memang “progressive”. Beberapa konser kelas internasional kemudian menjadi arena panggung Discus. Tercatat negara Jerman, Swiss, Amerika telah mereka datangi.

Namun dirilisnya album yang sama oleh sebuah label jazz di tanah air (enam tahun setelah rilisnya album tersebut saya menyebut album ini sebagai sebuah album jazz yang penting di majalah Rolling Stone Indonesia), menunjukkan bahwa Discus tidaklah terikat pada pembatasan apapun dalam mengolah musiknya sehingga menjadi sesuatu yang original sehingga sulit dikotakkan.

Yang khusus dari Discus adalah resistensinya untuk sejauh mungkin menjaga intensitas perpaduan pola-pola komposisi yang unik dan inovatif, ketimbang duplikatif. Sebuah penjelajahan ke dalam “percampuran” berbagai elemen seperti jazz, rock, klasik, pop, kontemporer/eksperimental mau pun tradisional ke dalam musiknya. 


Related

Music News 6610186151315687458

Post a Comment

Join Us

Twitter

Facebook

Popular Posts

item