For Revenge Ingin Musik Bandung Lebih Berwarna
https://rocksoundhardcore.blogspot.com/2011/07/for-revenge-ingin-musik-bandung-lebih.html
Bandung memang gudangnya kreativitas di Indonesia. Musik, salah satunya. Berbagai aliran musik yang unik muncul dari Kota Kembang ini. Mulai dari pop, jazz, rock, punk, sampai electro. Banyak band keren yang lahir dari kota ini dan melahirkan musik-musik yang oke punya. For Revenge, salah satu band post hardcore dari Bandung pun angkat bicara soal musik Bandung yang saat ini semakin berwarna.
Band yang sempat tersendat karena masalah internal dan bermasalah dengan label ini, awalnya ngeband karena keinginan mereka sendiri saat masih iseng-iseng ngebandnya. Yang masih murni dari awal sampai sekarang adalah Abie, Agie, dan Chimot. Saat ini For Revenge terdiri dari Boniex (vocal), Abie (bass), Agie (gitar), Chimot (drum), dan gitaris barunya, Arif, dan mereka bercerita tentang warna-warni musik Bandung, Sabtu (2/4), sore.
"Musik Bandung sekarang banyak band-band yang ngikutin pasar. Istilahnya dia lebih bikin lagu-lagu yang easy listenting dan sedikit menyampingkan idealismenya," kata Boniex, vokalis berkacamata ini.
Sedangkan menurut Agie, gitaris bertubuh mungil ini, band-band Bandung sekarang lebih mengutamakan suka dan melupakan skill. "Jadi yang lagi rame apa, mereka lebih ngikutin. Yang penting dia bisa manggung dan bisa bergaya, mereka berpikir keren. Seharusnya lebih kritis lagi," kata dia.
Bila dilihat memang banyak band-band baru yang terkesan mengikuti band-band yang sudah lawas dan umur band baru ini biasanya tidak begitu lama. Band-band lama pun sampai saat ini sebenarnya masih memiliki identitas yang masih dikenal oleh sebagian besar muda-mudi yang mencintai musik maupun yang hanya sekedar tahu musik.
Menurut Abie yang lebih suka musik yang variatif, musik yang ada saat ini tidak dikonsumsi secara langsung, termasuk di Bandung. "Jadi mereka mau gimana gak dikonsumsi secara langsung. Pengen band itu mau terus ada ato nggak ya itu terserah mereka," kata bassis yang juga screamo.
"Apapun yang ada, musik di Bandung ini support aja lah. Karena, musik itu bagian dari hidup juga. Kalo gak ada musik apa-apa, is dead aja lah," ujar Chimot, drummer yang suka banget sama Travis Barker.
Untuk masalah plagiarisme mereka berpendapat kalau hal tersebut merupakan hal yang sangat miris. Bisa dibilang labil lah band yang ada sekarang. Meskipun seragam, tapi emang tiap band punya ciri khas sendiri. Namun, kalau bener-bener sama bentuknya dari lirik, aliran, sampai gayanya sama pun itu bener-bener gak kreatif.
Emang sih kata Chimot musik itu bagian dari hidup. Akan tetapi kalau itu-itu aja berarti ya sama aja kaya kita menjalani hari-hari biasa.
Bisa dibilang For Revenge merupakan salah satu band post hardcore Bandung yang saat ini dipandang sebagai post hardcore nowadays atau post hardcore jaman sekarang. Jadi, bisa dibilang juga kalau band ini adalah salah satu band post hardcore yang memiliki ciri khas di Bandung. Memang mereka saat ini sedang mempersiapkan album yang direncanakan akan launching pada bulan Mei nanti.
Kata Boniex sendiri pun, scream-scream yang ada akan diminimalisasi. Karena disesuaikan dengan pendengar yang suka easy listening.
Kalau dibandingkan dengan band-band asal Jakarta. Emang ada perbedaannya. Yaitu kalau di Jakarta, band-bandnya unggul di recording dan pengemasan pada albumnya. Sedangkan kalau mereka tampil live kadang-kadang tidak sebagus dengan yang ada pada albumnya. Tetapi tidak semua tentunya. Kalau band-band di Bandung, lebih mengutamakan skill di atas panggung. Tetapi tidak melupakan recording yang juga bagus untuk albumnya. "Antara Bandung dan Jakarta, beda-beda tipis lah kualitasnya," papar Boniex.
Namun, bila dilihat memang band dari kedua kota ini merupakan kota yang mutualisme atau saling menguntungkan. Karena, band-band dari kedua kota bisa saling bertukar pikiran atau sharinglah istilahnya untuk membuat musik kreatif bagi Indonesia.
For Revenge bukan band besar dan belum bisa memberikan kontribusi besar untuk musik Bandung, tetapi mereka berusaha untuk memberi warna berbeda untuk musik Bandung saat ini. Sehingga mereka pun memiliki harapan kepada musisi dan band-band yang ada di Bandung.
"Kita pengen bikin musik Bandung lebih berwarna," kata Boniex.
Sedangkan kalau kata Agie, band Bandung harus memiliki ciri khasnya sendiri. Terutama dari isi dan soundnya. "Tetap dijalur," menurut Chimot. Lalu, kalau kata Abie "Semakin tinggi suatu pohon, semakin besar juga angin yang menerpanya." Mereka berharap agar band-band Bandung tidak berhenti berkarya dan menyia-nyiakan waktunya.
Jadi, dari apa yang bisa dilihat sekarang tentang musik Bandung. Ya, memang seperti apa yang For Revenge bilang, Bandung memiliki musik yang berwarna. Dan mungkin gak cuma mereka aja yang bilang begitu. Karena, kalau coba kita dengarkan musik-musik yang ada di Bandung, it's so awesome banget lah. Bener-bener berwarna. Mungkin karena musiklah kita bisa mencintai hidup dan karya seni yang ada di Indonesia, dan salah satunya cinta terhadap musik yang dihasilkan oleh anak bangsa.
indiebandung
Band yang sempat tersendat karena masalah internal dan bermasalah dengan label ini, awalnya ngeband karena keinginan mereka sendiri saat masih iseng-iseng ngebandnya. Yang masih murni dari awal sampai sekarang adalah Abie, Agie, dan Chimot. Saat ini For Revenge terdiri dari Boniex (vocal), Abie (bass), Agie (gitar), Chimot (drum), dan gitaris barunya, Arif, dan mereka bercerita tentang warna-warni musik Bandung, Sabtu (2/4), sore.
"Musik Bandung sekarang banyak band-band yang ngikutin pasar. Istilahnya dia lebih bikin lagu-lagu yang easy listenting dan sedikit menyampingkan idealismenya," kata Boniex, vokalis berkacamata ini.
Sedangkan menurut Agie, gitaris bertubuh mungil ini, band-band Bandung sekarang lebih mengutamakan suka dan melupakan skill. "Jadi yang lagi rame apa, mereka lebih ngikutin. Yang penting dia bisa manggung dan bisa bergaya, mereka berpikir keren. Seharusnya lebih kritis lagi," kata dia.
Bila dilihat memang banyak band-band baru yang terkesan mengikuti band-band yang sudah lawas dan umur band baru ini biasanya tidak begitu lama. Band-band lama pun sampai saat ini sebenarnya masih memiliki identitas yang masih dikenal oleh sebagian besar muda-mudi yang mencintai musik maupun yang hanya sekedar tahu musik.
Menurut Abie yang lebih suka musik yang variatif, musik yang ada saat ini tidak dikonsumsi secara langsung, termasuk di Bandung. "Jadi mereka mau gimana gak dikonsumsi secara langsung. Pengen band itu mau terus ada ato nggak ya itu terserah mereka," kata bassis yang juga screamo.
"Apapun yang ada, musik di Bandung ini support aja lah. Karena, musik itu bagian dari hidup juga. Kalo gak ada musik apa-apa, is dead aja lah," ujar Chimot, drummer yang suka banget sama Travis Barker.
Untuk masalah plagiarisme mereka berpendapat kalau hal tersebut merupakan hal yang sangat miris. Bisa dibilang labil lah band yang ada sekarang. Meskipun seragam, tapi emang tiap band punya ciri khas sendiri. Namun, kalau bener-bener sama bentuknya dari lirik, aliran, sampai gayanya sama pun itu bener-bener gak kreatif.
Emang sih kata Chimot musik itu bagian dari hidup. Akan tetapi kalau itu-itu aja berarti ya sama aja kaya kita menjalani hari-hari biasa.
Bisa dibilang For Revenge merupakan salah satu band post hardcore Bandung yang saat ini dipandang sebagai post hardcore nowadays atau post hardcore jaman sekarang. Jadi, bisa dibilang juga kalau band ini adalah salah satu band post hardcore yang memiliki ciri khas di Bandung. Memang mereka saat ini sedang mempersiapkan album yang direncanakan akan launching pada bulan Mei nanti.
Kata Boniex sendiri pun, scream-scream yang ada akan diminimalisasi. Karena disesuaikan dengan pendengar yang suka easy listening.
Kalau dibandingkan dengan band-band asal Jakarta. Emang ada perbedaannya. Yaitu kalau di Jakarta, band-bandnya unggul di recording dan pengemasan pada albumnya. Sedangkan kalau mereka tampil live kadang-kadang tidak sebagus dengan yang ada pada albumnya. Tetapi tidak semua tentunya. Kalau band-band di Bandung, lebih mengutamakan skill di atas panggung. Tetapi tidak melupakan recording yang juga bagus untuk albumnya. "Antara Bandung dan Jakarta, beda-beda tipis lah kualitasnya," papar Boniex.
Namun, bila dilihat memang band dari kedua kota ini merupakan kota yang mutualisme atau saling menguntungkan. Karena, band-band dari kedua kota bisa saling bertukar pikiran atau sharinglah istilahnya untuk membuat musik kreatif bagi Indonesia.
For Revenge bukan band besar dan belum bisa memberikan kontribusi besar untuk musik Bandung, tetapi mereka berusaha untuk memberi warna berbeda untuk musik Bandung saat ini. Sehingga mereka pun memiliki harapan kepada musisi dan band-band yang ada di Bandung.
"Kita pengen bikin musik Bandung lebih berwarna," kata Boniex.
Sedangkan kalau kata Agie, band Bandung harus memiliki ciri khasnya sendiri. Terutama dari isi dan soundnya. "Tetap dijalur," menurut Chimot. Lalu, kalau kata Abie "Semakin tinggi suatu pohon, semakin besar juga angin yang menerpanya." Mereka berharap agar band-band Bandung tidak berhenti berkarya dan menyia-nyiakan waktunya.
Jadi, dari apa yang bisa dilihat sekarang tentang musik Bandung. Ya, memang seperti apa yang For Revenge bilang, Bandung memiliki musik yang berwarna. Dan mungkin gak cuma mereka aja yang bilang begitu. Karena, kalau coba kita dengarkan musik-musik yang ada di Bandung, it's so awesome banget lah. Bener-bener berwarna. Mungkin karena musiklah kita bisa mencintai hidup dan karya seni yang ada di Indonesia, dan salah satunya cinta terhadap musik yang dihasilkan oleh anak bangsa.
indiebandung