FETE DE LA MUSIQE 2011:SAJIKAN MUSIC VARIATIFMADE IN PRANCIS ALA BANDUNG


Musicbandung.comFete De La Musique atau biasa dikenal dengan Hari Musik Sedunia, merupakan perayaan untuk memperingati hari pertama musim panas di Prancis. Pada hari itu, masyarakat Prancis beranggapan jika, siang hari akan berlangsung lebih lama dari malam hari. Sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun 1982, festival ini sudah menyebar ke seluruh penjuru dunia, tidak terkecuali Indonesia.


Selasa (21/6), Centre Culture Francais (CCF) Bandung kembali menggelar Fete De La Musique untuk kedua kalinya. Di gelarannya kali ini CCF Bandung sebagai pihak penyelenggara mengundang lebih dari 40 band dari berbagai genre musik dengan waktu pertunjukkan 24 jam non-stop. Rencananya acara ini akan berlangsung dari pukul 10.00 pagi sampai pukul 10.00 keesokan harinya.


CCF Bandung terlihat lebih ramai biasanya. Tempat yang sejatinya menjadi pusat perkembangan budaya dan bahasa Prancis terlihat berbeda. Dua set panggung telah disiapkan. Lahan parkir dan auditorium di ubah menjadi panggung dengan berbagai sound dan alat musik di atasnya.


Keramaian semakin terlihat ketika senja datang menyambut. Tiba giliran bagi Angsa dan Serigala tampil. Band beraliran Indie, Folk, Pop ini membawakan beberapa lagu untuk menyegarkan suasana sore itu. Setelah penampilan mereka, adzan Maghrib berkumandang, panitia rehab sejenak untuk mempersilakan penonton untuk menunaikan kewajibannya. Selain untuk beribadah, rehab ini digunakan penonton untuk menyimpan tenaga, karena setelah break mereka akan diserbu oleh penampilan dari The Milo, Bottlesmoker, Hollywood Nobody, dan The Paps.


Setelah rehab, penonton terpusat di depan ruang auditorium tempat keempat band yang telah disebutkan di atas tampil. Ruang auditorium yang berukuran sedang mendadak penuh ketika The Milo siap di atas panggung. “Bonsoir, monsieur et madame”, menjadi kata pertama yang keluar dari mulut sang vokalis Ajie Gergaji untuk mengawali penampilan mereka. “The Lights” dipilih untuk menjadi lagu pembuka malam itu.


Setelah itu, berturut-turut “Dreams”, “Malaikat”, “Romantic Purple”, “Don’t Worry For Being Alone”, dan “For All The Dreams” dimainkan untuk menghangatkan suasana malam itu. Lagu-lagu yang memang akrab di telinga para penonton yang hadir membuat mereka tidak ragu untuk ikut bernyanyi mengikuti lirik-lirik lagu yang dinyanyikan oleh Aji. “Daun dan Ranting” menjadi encore penampilan The Milo malam itu.


Bottlesmoker, duet elektropop asal Bandung menjadi penampil selanjutnya. Penampilan energik dan atraktif dari Angkuy dan Nobie menjadi tontonan menarik selama mereka di atas panggung. Alat-alat musik ‘ajaib’ yang mereka ciptakan sendiri mampu menghasilkan nada-nada yang berhasil membius penonton yang hadir malam itu. Admin dari account twitter Info Jurig menjadi tamu kehormatan dari penampilan Bottlesmoker malam itu. Sosok bertopeng itu memegang bubble machine yang menghasilkan balon-balon sabun untuk semakin mewarnai penampilan Bottlesmoker malam itu.
Fete-De-la-Musique

Klimaksnya, pada akhir lagu Angkuy yang bermain seperti orang kesetanan memukul-mukulkan toy keyboard miliknya ke atas panggung dan kepalanya sendiri. Akibatnya, toy keyboard itu hancur dan “katanya” kepala dari pemilik toy keyboard ini cidera (baca:benjol).


Berikutnya menjadi giliran bagi Hollywood Nobody untuk tampil. Alunan Bossanova yang khas dari mereka menjadi penyejuk dan penenang suasana malam itu. Lagu seperti “Telescope” mereka mainkan untuk menyejukkan suasana auditorium yang panas dan pengap itu. Tidak lupa lagu aransemen ulang seperti lagu “Love Song” milik The Cure mereka nyanyikan. Mendengar lagu yang tidak asing ditelinga mereka, penontonpun ikut bernyanyi.

Penampilan Hollywood Nobody sendiri menjadi ajang untuk mengistirahatkan diri bagi para penonton yang hadir, karena penampil berikutnya adalah The Paps, band beraliran funk soul jazz psychedelic dub reggae. Auditorium yang sudah pengap menjadi semakin pengap dan panas. Dua pendingin ruangan yang terdapat di auditorium ini seolah tidak menjalankan “tugasnya”. Intro dimainkan dan penontonpun bergoyang.


Penonton semakin liar, beberapa penonton ikut naik ke atas panggung. Ketika solo gitar dari sang gitaris, penonton mengangkat kedua tangan mereka dan menggerakkan jari-jarinya. Pemandangan ini terlihat seperti suku-suku pedalaman sedang menyelenggarakan prosesi adat dengan menyembah dewa yang mereka percayai. Keliaran penonton semakin terlihat ketika ada seorang penonton yang naik keatas panggung dan ingin melakukan stage diving.


The Paps mengakhiri penampilan mereka. Penonton segera keluar mencari udara segar. Penampilan The Paps bukan merupakan akhir dari acara ini, masih ada Garis Keras 57 dan diakhiri oleh karaoke massal di ruang Auditorium CCF. Sajian musik variatif telah disajikan dalam gelaran Fete De La Musique tahun ini. Mari kita tunggu gelaran serupa tahun depan.
Teks dan Foto : Muhammad Iqbal

Related

Music News 2396928098778316772

Post a Comment

Join Us

Twitter

Facebook

Popular Posts

item